Soerojo Hospital Soerojo Hospital Soerojo Hospital

Hapus Diskriminasi Penyandang Disabilitas Karena Kita Sama

Oleh Admin Soerojo Hospital
Diposting di Artikel Desember 03, 2016


Menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 Pasal 1 Ayat 1 tentang Penyandang Cacat

Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari :

  1. Penyandang cacat fisik;
  2. Penyandang cacat mental;
  3. Penyandang cacat fisik dan mental;

Menurut WHO : 

Sebuah definisi yang memayungi pelemahan, keterbatasan aktivitas, dan  halangan dalam berpartisipasi. Pelemahan berarti adanya masalah yang terjadi pada struktur atau fungsi tubuh, keterbatasan aktivitas berarti sebuah kesulitan yang dialami seseorang dalam melakukan tugas atau aksi, sedangkan halangan berpartisipasi berarti sebuah masalah yang dihadapi oleh seseorang dalam menjalani hidupnya.

Disabilitas tidak bisa dianggap sekedar masalah kesehatan. Disabilitas adalah fenomena yang kompleks, yang mencerminkan interaksi dari tubuh seseorang dengan masyarakat tempat ia tinggal.  Mengatasi kesulitan yang dialami orang yang mengalami disabilitas berarti membutuhkan intervensi yang bisa menghilangkan penghalang dengan lingkungan dan kehidupan sosial yang dihadapi.

Orang-orang yang mengalami disabilitas memiliki kebutuhan yang sama atas kesehatan dengan orang yang tidak mengalaminya, – dalam hal imunisasi, skrining kanker, dan lainnya. Mereka juga mungkin saja kesulitan menikmati kesehatan yang layak, bisa karena kemiskinan, ataupun pemisahan sosial, dan juga rentan masalah kesehatan sekunder, misalnya luka akibat anggota tubuh tertekan terlalu lama (dekubitus), atau bisa pula infeksi kandung kemih. Bukti-bukti menunjukkan bahwa orang-orang dengan disabilitas harus menghadapi rintangan dalam mengakses layanan kesehatan dan rehabilitasi yang justru mereka butuhkan. 

Jenis-jenis Disabilitas

 Disabilitas memiliki beberapa jenis dan bisa terjadi selama masa hidup seseorang atau sejak orang tersebut terlahir ke dunia. Jenis-jenis disabilitas tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Disabilitas Fisik

Disabilitas fisik merupakan gangguan pada tubuh yang membatasi fungsi fisik salah satu anggota badan bahkan lebih atau kemampuan motorik seseorang. Disabilitas fisik lainnya  termasuk sebuah gangguan yang membatasi sisi lain dari kehidupan sehari-hari. Misalnya saja gangguan pernapasan dan juga epilepsy.

  1. Disabilitas Mental

Istilah disabilitas mental biasanya sering digunakan pada anak-anak yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Akan tetapi tidak hanya itu saja, disabilitas mental juga merupakan sebuah istilah yang menggambarkan berbagai kondisi emosional dan mental. Gangguan kejiwaan adalah istilah yang digunakan pada saat disabilitas mental secara signifikan mengganggu kinerja aktivitas hidup yang besar, misalnya saja seperti mengganggu belajar, berkomunikasi dan bekerja serta lain sebagainya.

  1. Disabilitas Intelektual

Disabilitas intelektual merupakan suatu pengertian yang sangat luas mencakup berbagai kekurangan intelektual, diantaranya juga adalah keterbelakangan mental. Sebagai contohnya adalah seorang anak yang mengalami ketidakmampuan dalam belajar.  Dan disabilitas intelektual ini bisa muncul pada seseorang dengan usia berapa pun.

  1. Disabilitas Sensorik

Disabilitas sensorik merupakan gangguan yang terjadi pada salah satu indera. Istilah ini biasanya digunakan terutama pada penyandang disabilitas yang mengacu pada gangguan pendengaran, penglihatan dan indera lainnya juga bisa terganggu.

  1. Disabilitas Perkembangan

Disabilitas perkembangan merupakan suatu disabilitas yang menyebabkan suatu masalah dengan pertumbuhan dan juga perkembangan tubuh. Meskipun istilah disabilitas perkembangan sering digunakan sebagai ungkapan halus untuk disabilitas intelektual, itilah tersebut juga mencakup berbagai kondisi kesehatan bawaan yang tidak mempunyai komponen intelektual atau mental, contohnya spina bifida.

Klasifikasi Penyandang Disabilitas


Menurut UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, berbagai faktor penyebab serta permasalahan kecacatan, maka jenis kecacatan dapat di kelompokkan sebagai berikut :

Penyandang Cacat Fisik

1. Tuna Netra

Berarti kurang penglihatan. Keluarbiasaan ini menuntut adanya pelayanan khusus sehingga potensi yang dimiliki oleh para tuna netra dapat berkembang secara optimal.

2. Tuna Rungu/ Wicara

Tuna Rungu, ialah individu yang mengalami kerusakan alat atau organ pendengaran yang menyebabkan kehilangan kemampuan menerima atau menangkap bunyi serta suara. sedangkan Tuna Wicara, ialah individu yang mengalami kerusakan atau kehilangan kemampuan berbahasa, mengucapkan kata-kata, ketepatan dan kecepatan berbicara, serta produksi suara.

3. Tuna Daksa

Secara harfiah berarti cacat fisik. Kelompok tuna daksa antara lain adalah individu yang menderita penyakit epilepsy (ayan), kelainan tulang belakang, gangguan pada tulang dan otot,serta yang mengalami amputasi.

Penyandang Cacat Mental

1. Tuna Laras

Dikelompokkan dengan anak yang mengalami gangguan emosi. Gangguan yang muncul pada individu yang berupa gangguan perilaku seperti suka menyakiti diri sendiri, suka menyerang teman, dan lainnya.

2. Tuna Grahita

Sering dikenal dengan cacat mental yaitu kemampuan mental yang berada di bawah normal. Tolak ukurnya adalah tingkat kecerdasan atau IQ. Tuna grahita dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Penyandang Cacat Mental Eks Psikotik :

  • Eks psikotik penderita gangguan jiwa, sering mengganggu.
  • Kadang masih mengalami kelainan tingkah laku.

Penyandang Cacat Mental Retardasi :

  • Tuna Grahita Ringan (Debil)

Tampang dan fisiknya normal, mempunyai IQ antara kisaran 50 s/d 70. Mereka juga termasuk kelompok mampu didik, mereka masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung, anak tunagrahita ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD Umum.

  • Tuna Grahita Sedang (Embisil)

Tampang atau kondisi fisiknya sudah dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak tuna grahita yang mempunyai fisik normal. Kelompok ini mempunyai IQ antara 30 s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat kelas II SD Umum.

  • Tuna Grahita Berat (Idiot)

Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak mampu menerima pendidikan secara akademis. Anak tunagrahita berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30 kebawah. Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.

3. Penyandang Cacat Fisik dan Mental (Ganda)

4. Tuna Ganda

Kelompok penyandang jenis ini adalah mereka yang menyandang lebih dari satu jenis keluarbiasaan, misalnya penyandang tuna netra dengan tuna rungu sekaligus, penyandang tuna daksa disertai dengan tuna grahita atau bahkan sekaligus.


Faktor Penyebab Penyandang Cacat Fisik :

Tuna Netra

  • Masa Prenatal :
    1. Akibat penyakit campak Jerman. Jika menyerang ibu yang sedang hamil 1-3 bulan, besar kemungkinan bayinya lahir dalam keadaan tuna netra.
    2. Akibat penyakit Syphilis, bayi yang ada dalam kandungan  kemungkinan terlahir dengan keadaan tuna netra.
    3. Akibat kecelakaan, keracunan obat2an/zat kimia, sinar laser, minuman keras yg mengakibatkan kerusakan janin khususnya pada bagian mata.
    4. Infeksi virus Rubella, toxoplasmosis.
    5. Malnutrisi berat pada tahap embrional minggu ke 3 sampai ke 8.
  • Masa Natal :
    1. Kerusakan mata atau syaraf mata pada saat proses kelahiran. Terjadi karena proses kelahiran yang sulit, sehingga bayi harus keluar dengan bantuan alat (vakum).
    2. Ibu menderita penyakit Gonorrchoe, sehingga kuman gonococcus (GO) menular pada bayi saat kelahiran.
    3. Retrolenta Fibroplasia yang disebabkan karena bayi lahir sebelum waktunya, sehingga diberikan konsentrasi oksigen yang tinggi dalam inkubator.
  • Masa Perkembangan :
    1. Kekurangan vitamin A.
    2. DM, menyebabkan kelainan retina.
    3. Darah tinggi ; pandangan rangkap/kabur.
    4. Stroke ; kerusakan syaraf mata.
    5. Radang kantung air mata, radang kelenjar kelopak mata, hemangiona, retinoblastoma, efek obat/zat kimiawi.

Tuna Rungu

  • Masa Prenatal :
    1. Salah satu dari orang tua penderita merupakan pembawa sifat abnormal.
    2. Ibu yang sedang mengandung mengalami sakit pada masa 3 bulan pertama kehamilan, yaitu pada masa pembentukan ruang telinga.
    3. Keracunan obat-obatan.
  • Masa Natal :
    1. Kesulitan pada saat melahirkan, sehingga harus dibantu oleh beberapa alat. Kelahiran prematur.
    2. Kelahiran prematur.
  • Masa Perkembangan :
    1. Ketulian karena terjadinya infeksi, difteri, dan morbili.
    2. Karena kecelakaan yang mengakibatkan rusaknya alat pendengaran bagian dalam.

Tuna Daksa

  • Masa Prenatal :
    1. Anoxia prenatal, disebabkan pemisahan bayi dari placenta, penyakit anemia, kondisi jantung yang gawat, shock, percobaan abosrtus.
    2. Gangguan metabolisme pada ibu.
    3. Kromosom, gen yang tidak sempurna.
    4. Pembelahan sel telur, sperma yang kualitasnya buruk.
  • Masa Natal :
    1. Kesulitan saat persalinan karena letak bayi sungsang, atau pinggul ibu terlalu kecil.
    2. Pendarahan pada otak saat kelahiran.
    3. Kelahiran prematur.
    4. Gangguan pada placenta yang dapat mengurangi oksigen sehingga mengakibatkan terjadinya anorexia.
  • Masa Perkembangan :
    1. Faktor penyakit ; meningitis, radang otak, diptheri, partusis dll
    2. Faktor kecelakaan.
    3. Pertumbuhan tubuh/tulang yang tidak sempurna.

Faktor Penyebab Penyandang Cacat Mental :

Tuna Laras

  • Masa Prenatal :
    1. Disfungsi kelenjar endokrin dapat mempengaruhi gangguan tingkah laku.
    2. Berupa kelainan atau kecacatan baik tubuh maupun sensoris yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
  • Masa Natal :
  • Masa Perkembangan :
    1. Setiap memasuki perkembangan baru, individu dihadapkan pada berbagai tantangan atau krisis emosi.

Tuna Grahita

  • Masa Prenatal :
    1. Infeksi Rubella (cacar Jerman), Rubella telah menggantikan sifilis sebagai penyebab utama tunagrahita yang disebabkan oleh infeksi maternal.
    2. Penyakit inklusi sitomegalik, anak-anak dengan tunagrahita dari penyakit ini  seringkali memiliki klasifikasi serebral, mikrosefali, atau hidrosefalus.
    3. Sifilis, sifilis pada wanita hamil dahulu merupakan penyebab utama berbagai perubahan neuropatologis pada keturunannya, termasuk tuna grahita.
    4. Toxoplasmosis, dapat ditransmisikan dari ibu kepada janinnya.
    5. Herpes simpleks, dapat ditransmisikan transplasental, walaupun cara yang paling sering adalah selama kelahiran.
    6. Sindroma AIDS, banyak janin dari ibu dengan AIDS tidak pernah cukup bulan karena terjadi lahir mati dan abortus spontan.
    7. Gejala putus zat pada bayi adalah iritabilitas, hipertonia, tremor, muntah, tangisan dengan nada tinggi, dan kelainan pola tidur.
  • Masa Natal :
    1. Disebabkan oleh kejadian yang terjadi saat kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran, sesak nafas (asphyxia), dan lahir prematur.
  • Masa Perkembangan :
    1. Penyakit-penyakit akibat infeksi misalnya; meningitis (peradangan pada selaput otak) dan problema nutrisi (kekurangan gizi, misalnya kekurangan protein yang diderita bayi dan awal masa kanak-kanak), cedera kepala yang disebabkan karena kendaraan bermotor yang dapat menyebabkan kecacatan mental.

Penyandang Cacat Fisik dan Mental (Ganda) :

Tuna Ganda

  • Masa Prenatal :
    1. Ketidaknormalan kromosom komplikasi-komplikasi pada anak dalam kandungan ketidakcocokan Rh infeksi pada ibu yang kekurangan gizi pada saat sedang mengadung, serta terlalu banyak menkonsumsi obat dan alkohol.
  • Masa Natal :
    1. Kelahiran prematur dan kekurangan oksigen
    2. Terdapat luka pada otak saat kelahiran.
  • Masa Perkembangan :
    1. Kepala mengalami kecelakaan kendaraan ,jatuh ,dan mendapat pukulan atau siksaan.
    2. Anak tidak dirawat dangan baik, keracunan makanan atau penyakit tertentu yang sama, sehingga dapat berpengaruh tehadap otak (meningitis atau encephalities).


Dampak masalah secara umum permasalahan penyandang cacat dapat dibagi dalam dua katagori sbb :

Permasalahan yang berasal dari dalam diri penyandang cacat itu sendiri, antara lain :

  1. Kurangnya pemahaman akan diri sendiri oleh penyandang cacat, sehingga tidak tahu apa potensi yang dimiliki dan bagaimana cara mengembangkannya.
  2. Merasa rendah diri (inferiority complex) serta merasa mengalami kesialan karena kecacatannya, sehingga jarang bergaul dengan orang-orang di sekelilingnya.
  3. Terjadinya diskriminasi sosial serta kurangnya minat untuk menuntut ilmu di jenjang pendidikan formal karena kesulitannya untuk menyesuaikan diri dalam proses belajar-mengajar.
  4. Keadaan ekonomi lemah karena tidak ada sumber penghasilan menetap.
  5. Keterasingan secara sosial, sehingga mereka cenderung menarik diri, merasa rendah diri, dan terkadang menimbulkan perilaku agresif dan implusive.
  6. Mengalami keterlambatan dan keterbatasan fungsi kecerdasan.
  7. Secara emosi, individu yang mengalami kecacatan akan lebih sensitif perasaanya. Sehingga, mudah tersinggung dan sering meratapi kekurangannya.
  8. Permasalahan yang berasal dari luar diri penyandang cacat, antara lain :
  9. Masyarakat, aparatur pemerintah dan dunia usaha masih banyak yang belum memahami eksistensi penyandang cacat sebagai potensi Sumber Daya Manusia sehingga diabaikan.
  10. Stigma dalam masyarakat, memiliki anggota keluarga cacat marupakan aib, memalukan, menurunkan harkat dan martabat keluarga.
  11. Pandangan masyarakat bahwa penyandang cacat sama dengan orang sakit, perlu perlakuan khusus sehingga memperoleh perlindungan berlebihan dan menimbulkan ketidakmandirian.
  12. Perlakuan masyarakat diskriminatif dalam berbagai hal termasuk dalam rekruitmen tenaga kerja.
  13. Aksesibilitas penyandang cacat baik aksesibilitas fisik maupun aksesibilitas non fisik yang tersedia sangat terbatas.


Pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan

Konsep pemberdayaan yang diterapkan pada penyandang cacat disesuaikan dengan kebutuhannya. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk penanganan terhadap Penyandang Cacat, yaitu :

  1. Destigmatisasi

Pendekatan ini berusaha untuk tidak memberikan stigma, dan bergiat untuk menghilangkan stigma yang diberikan kepada penyandang cacat.

  1. Deisolasi

Pendekatan ini menghindari kegiatan yang akan mengisolasi penyandang cacat dari lingkungnya. Sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan lingkungan.

  1. Desensitifisasi

Pendekatan ini menitik beratkan untuk menghilangkan rasa sensiti/ rendah diri atas kecacatan yang mereka derita.

  1. Di sini dan saat ini (here and now)

Pendekatan ini menyesuaikan ruang dan waktu, dimana dan kapan pelayan sosial dapat dilaksanakan, sehingga sesuai dengan kebutuhan mereka.

  1. Diversifikasi

Pendekatan ini mengupayakan untuk meningkatkan mentalitas kemandirian penyandang cacat, sehingga mereka mampu hidup dan mengembangkan potensi yang dimiliki serta menghindari ketergantungan peran orang lain.

  1. Dedramatisasi

Pendekatan ini mencoba untuk meminimalisir bentuk hiperbola atas suatu masalah yang dialami oleh penyandang cacat.

  1. Mengembangkan Empati, bukan Simpati

Pendekatan ini mengkedepankan rasa simpati untuk membantu para penyandang cacat untuk mengembangkan diri dan berdiri dalam kemandirian. Bukan di jaga secara berlebihan yang justru semakin membatasi ruang gerak mereka.

Pendekatan-pendekatan di atas dirasa sangat cocok untuk diterapkan dalam proses pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat, karena sudah mencakup segala aspek pola yang dibutuhkan untuk melaksanakan praktik kerja pelayanan dan rehabilitasi.

 


Anak dengan Disabilitas

Kecacatan adalah suatu kondisi dimana adanya kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi seseorang untuk melakukan aktivitas secara selayaknya. Mengacu, pada pasal 1, UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak yang menyadang cacat adalah anak yang mengalami hambatan fisik dan/atau mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.

Anak disabilitas adalah anak yang memiliki kebutuhan khusus, baik dalam ketrampilan, tumbuh kembang maupun dengan intelektualnya. Anak disabilitas memerlukan perhatian dalam pola asuh karena tidak bisa dengan sembarangan pola asuh dengan anak disabilitas. Dengan begitu sang anak dapat mandiri dan dapat berpartisipasi dalam masyarakat.

Namun bukan berarti dengan status sang anak yang disabilitas dapat membuat anda selalu memberikan keinginan sang anak. Hal tersebut justru akan membuat sang anak menjadi tidak. Dalam pengasuhan anak disabilitas memang memerlukan perhatian khusus, namun perhatian tersebut haruslah perhatian yang tepat sejak dini. Oleh karena itu ada perbedaan dalam pola asuh anak disabilitas. Berikut ini ada beberapa cara mengasuh anak disabilitas.

1. Mampu Rawat 
Dimana anggota keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus haruslah mampu menerima sang anak dan merawat sang anak sebagai mana mestinya. Dalam merawat anak berkebutuhan khusus diperlukan perhatian keluarga yang intensif dan pantau terus kesehatan sang anak. Orang tua juga dapat mengikuti komunitas dan organisasi masyarakat dengan jenis disabilitas anak. Agar dapat menambah pengetahuan mengenai pola asuh anak disabilitas.
2. Mampu Latih
Anak dengan disabilitas mampu dilatih bagaimana agar ia dapat mengembangkan kemampuan dalam beraktivitas dan agar sang anak dapat mengerti mana yang baik serta buruk dan juga dapat mengerti apa yang boleh dilakukan serta tidak boleh dilakukan. Misalnya saja aktivitas sehari – hari seperti mandi, makan, minum,dan meletakkan barang pribadi di tempatnya.
3. Mampu Didik
Anda dapat memasukkan anak dengan disbilitas ke sekolah berkebutuhan khusus. Sekarang ini sudah banyak tersedia sekolah dengan kebutuhan khusus yang memiliki kualitas pendidikan yang baik. Dengan begitu sang anak dapat meningkatkan kemampuan diri serta dapat bersosialisasi dengan banyak orang. Dan juga supaya sang anak bisa menjadi lebih mandiri bahkan dapat juga bermanfaat bagi masyarakt luas.

Mengenai kesehatan sang anak anda dapat menayakan atau berkonsultasi dengan dokter anak, perawat atau bidan. Selain itu perhatian dari orang tua dan keluarga akan membuat sang anak merasa bahwa ia mendapatkan kasih sayang.

Bagikan Postingan ini