Evakuasi ODGJ Lebih Manusiawi, Soerojo Hospital Gelar BIMTEK di KODIM 0705
Oleh Admin Soerojo Hospital
Diposting di Berita Oktober 09, 2021
MAGELANG – 100 personil BABINSA KODIM 0705 Magelang tengah mendapatkan bimbingan teknis penanganan kegawatdaruratan psikiatri dari RSJ Prof Dr Soerojo Magelang (Soerojo Hospital) pada Selasa, (11/9) di Gedung Prajurit KODIM 0705 Magelang.
Bimbingan teknis penanganan kegawatdaruratan psikiatri ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional yang ke 57 dan Hari Pahlawan tahun 2021. Kegiatan ini diadakan bersamaan dengan BINSIAP APWIL dan PUANTER yang merupakan pertemuan triwulan KODIM 0705 Magelang. Pada bimbingan teknis ini Soerojo Hospital Magelang membawa tim promosi kesehatan rumah sakit untuk berbagi pengetahuan tentang kegawat daruratan psikiatri dan bagaimana penanganannya jika kasus tersebut ditemukan di masyarakat.
Dengan bimtek ini peserta dikenalkan dengan konsep kesehatan jiwa masyarakat, berbagai jenis gangguan jiwa di masyarakat, penanganan gawat darurat jiwa di masyarakat serta peran tim pelaksana kesehatan jiwa masyarakat. Tak hanya itu, para peserta juga dapat melihat simulasi penggunaan aplikasi bagaspati amongjiwo hingga proses evakuasi pasien gawat darurat jiwa sebagai sebuah kesatuan layanan penanganan kegawatdaruratan psikiatri.
Dalam sambutannya, Kepala Staf KODIM 0705 Mayor Sudarno mengingatkan kepada seluruh peseta bimtek ini untuk dapat menyerap ilmu yang diberikan oleh Soerojo Hospital Magelang baik secara teori maupun praktek agar ketika di lapangan nanti masyarakat membutuhkan bantuan yang bersifat khusus seperti gawat darurat jiwa, kita dapat memberikan bantuan secara benar dan maksimal. “ jadi tidak ada lagi kita pakaian loreng diminta masyarakat untuk menangani orang dengan gangguan jiwa, tentaranya sendiri malah lari terbirit-birit”, pungkasnya.
Direktur Soerojo Hospital Magelang dr Rukmono Siswishanto, Sp.OG(K).,M.Kes.,MPH menyampaikan rasa terimakasih kepada seluruh jajaran babinsa atas kerjasama yang telah terjalin selama ini pada proses evakuasi pasung dan kegawatdaruratan psikiatri di wilayah Magelang. Ia juga berharap kegiatan ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan tentang permasalahan gangguan jiwa yang ada di masyarakat. “Dalam masalah gangguan jiwa di masyarakat, jika kita tidak memahami ilmunya maka orang jadi ikut kesulitan dalam menolong”, Jelasnya.
Dalam upaya menangani permasalahan kesehatan jiwa di masyarakat, upaya evakuasi penanganan kasus pasung dan kegawatdaruratan psikiatri telah menjalin kerjasama lintas sektor yang berkaitan dengan keamanan di masyarakat yaitu TNI. Hal tersebut perlu adanya kesamaan persepsi dan pembekalan bagi anggota TNI, khususnya yang langsung berhubungan dengan masyarakat yaitu BABINSA (Bintara Pembina Desa) dari TNI. Adanya sinergi dalam penanganan masalah kesehatan jiwa di masyarakat ini diharapkan dapat meningkatkan penemuan kasus gangguan jiwa masyarakat sehingga penanganan lebih cepat dilakukan serta mengembalikan fungsi ODGJ di masyarakat sebagai bagian dari warga negara Indonesia yang juga mempunyai hak dalam memperoleh layanan kesehatan.
Kesehatan jiwa di Indonesia masih menjadi salah satu isu yang belum mendapatkan perhatian yang optimal. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016 menunjukkan bahwa terdapat 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, dan 47,5 juta orang terkena demensia. Sedangkan di Indonesia berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, proporsi gangguan jiwa berat sebesar 7‰ atau diperkirakan 450 ribu Orang Dengan Gangguan Jiwa Berat (ODGJ). Selain itu, proporsi rumah tangga yang memiliki ART Gangguan Jiwa Schizophrenia/Psikosis yg pernah dipasung sebesar 31,5%. Jumlah ODGJ di Jawa Tengah sebesar 9‰ (sekitar 307,8 ribu jiwa). Pasien yg berobat sebanyak 84,9% dan tidak rutin minum obat sebanyak 51,1% serta mengalami pemasungan sebanyak 31,5% (75.411 Jiwa).